Mendikdasmen Abdul Muti
Mendikdasmen Abdul Muti akan menerapkan 7 kebiasaan anak Indonesia hebat. FOTO:SM

MAKLUMAT — Banyak dari kita selalu menunggu momen besar untuk memulai sesuatu yang berarti. Ada yang menunggu reformasi atau revolusi, tahun baru maupun hari jadi pernikahan. Ada pula yang menunggu kesempatan emas yang datang menghampiri.

Namun, apakah sesungguhnya perubahan besar itu muncul dari momen besar seperti revolusi mental, atau reformasi 98 yang dramatis? Atau, justru tumbuh perlahan dari kebiasaan kecil yang kita bangun setiap hari?

Bila kita membaca Atomic Habits, buku karya James Clear, jawabannya sederhana namun mendalam. Kekuatan besar akan muncul dari kebiasaan-kebiasaan kecil.

Kebiasaan Kecil
*Penulis: Edi Purwanto

Clear tidak hanya berbicara tentang perubahan instan, tetapi tentang proses yang mengarah pada hasil besar: perubahan yang datang dari akumulasi kebiasaan kecil yang kita lakukan tanpa kita sadari.

Salah satu hukum pertama dalam Atomic Habits adalah membuat kebiasaan kita terlihat. Hal ini bukan hanya soal mengingatkan diri untuk memulai sebuah kebiasaan. Tetapi lebih pada menciptakan sebuah isyarat yang memungkinkan kita untuk teringat akan kebiasaan itu.

Seperti kebiasaan menaruh buku di meja kerja, yang dengan sendirinya akan mengingatkan kita untuk membaca. Kemudian menaruh sebotol air putih di atas meja kerja, yang kemudian selalu mengingatkan kita untuk meminum air.

Kita hanya perlu sedikit kesadaran dan niat untuk membuat kebiasaan itu hadir di depan kita. Kebiasaan itu mulai terbentuk, bukan karena kita memaksakan diri. Tetapi karena kita menjadikannya mudah diakses dan terlihat oleh diri kita sendiri.

Namun, tidak cukup hanya dengan membuat kebiasaan itu terlihat. Clear berbicara tentang pentingnya membuat kebiasaan itu menarik. Mengapa banyak orang gagal dalam memperkenalkan kebiasaan sehat?

Bisa jadi, karena kebiasaan itu terasa monoton dan membosankan. Clear mengajukan konsep temptation bundling, sebuah cara untuk menggabungkan kebiasaan yang kita inginkan dengan sesuatu yang kita nikmati.

Misalnya, dengan mendengarkan musik favorit saat berolahraga atau menonton acara TV favorit sambil berolahraga. Tanpa sadar, kita telah mengubah rutinitas yang dulunya membosankan menjadi sesuatu yang lebih menarik dan menyenangkan.

Lalu ada hukum yang ketiga: buatlah kebiasaan itu mudah. Banyak orang gagal dalam membentuk kebiasaan baru karena memulai dengan langkah yang terlalu besar.

Padahal, perubahan besar dimulai dari langkah yang kecil. Prinsip two-minute rule yang diusung Clear mengajarkan kita untuk memulai kebiasaan dengan sesuatu yang sangat sederhana, yang bisa dilakukan dalam waktu dua menit.

Dalam dua menit itu, kita hanya perlu memulai. Membaca satu halaman buku, misalnya, atau berjalan kaki selama dua menit. Dengan begitu, kebiasaan itu mulai terbentuk, bukan karena kita memaksakan diri untuk berlari maraton, tetapi karena kita memberi ruang bagi langkah pertama yang kecil.

Dan yang terakhir, kebiasaan haruslah memuaskan. Kita semua tahu bahwa kebiasaan baru, meskipun bermanfaat, tidak selalu menyenangkan pada awalnya.

Namun, ketika kita mulai merasakan kepuasan dari kebiasaan itu—baik berupa peningkatan fisik, mental, atau spiritual—maka kebiasaan itu akan terus berlanjut.

Puji diri kita setiap kali kita berhasil melakukan kebiasaan itu, meskipun sekadar untuk dua menit. Kepuasan itu menjadi bahan bakar untuk terus berlanjut, hingga kebiasaan itu menjadi bagian dari diri kita.

Konsep ini tidak hanya relevan dalam konteks individu. Di Indonesia, misalnya. Ada kampanye yang sejalan dengan pemikiran Clear dalam membentuk kebiasaan positif: 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti.

Sebuah program yang menekankan pentingnya kebiasaan sederhana seperti bangun pagi, beribadah, berolahraga, dan makan sehat.

Program ini tidak hanya membentuk kebiasaan fisik. Tetapi juga mendidik karakter anak-anak Indonesia untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin, lebih bertanggung jawab, dan lebih baik dalam kehidupan sosialnya.

Sebagaimana Clear menjelaskan dalam bukunya, kebiasaan kecil ini akan membentuk karakter yang kuat. Sama halnya dengan pepatah yang sering kita dengar, “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu,” yang menggambarkan betapa kuatnya kebiasaan yang dibentuk sejak dini.

Pepatah ini sebenarnya bersumber dari ucapan seorang ulama besar, al-Hasan al-Basri, yang menekankan pentingnya pendidikan pada masa kecil. Dengan menanamkan kebiasaan baik sejak dini, kita menciptakan fondasi yang kokoh untuk karakter yang lebih baik di masa depan.

Begitu juga dengan kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan dalam 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yang bukan hanya membangun fisik anak-anak, tetapi juga karakter mereka sebagai bagian dari generasi penerus bangsa.

Kebiasaan Beribadah

Namun, selain kebiasaan fisik, program ini juga mengandung nilai spiritual yang mendalam. Kebiasaan beribadah, misalnya.

Bukan hanya untuk mendekatkan diri pada Tuhan, tetapi juga sebagai upaya untuk memperkuat kedisiplinan dan ketakwaan dalam diri setiap individu.

Kebiasaan ini mempererat hubungan spiritual dengan Sang Pencipta, yang pada gilirannya membentuk individu yang lebih terarah dalam kehidupan sehari-hari.

Kehidupan ini, pada akhirnya, adalah tentang kebiasaan. Kebiasaan yang kita bangun hari ini, baik besar maupun kecil, akan membentuk siapa kita di masa depan. Seperti pepatah “belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu,” kita perlu mengukir kebiasaan positif sejak dini. Agar ketika waktu berlalu, kebiasaan itu tidak mudah terhapus, justru semakin menguat.

Apa yang kita lakukan hari ini, meskipun tampaknya sederhana dan tidak signifikan, adalah benih-benih perubahan yang suatu hari nanti akan berkembang menjadi pohon besar yang kuat. Maka, jangan pernah meremehkan kebiasaan kecil. Karena dalam kebiasaan kecil terkandung kekuatan untuk perubahan besar.

*Penulis adalah Pemimpin Redaksi Maklumat.id

The post Kekuatan Besar dari Kebiasaan Kecil appeared first on Maklumat untuk Umat.

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *